by

Sejarah Kesultanan Jambi ; Sejarah, Raja-raja, Masa Kejayaan & Keruntuhan

 :
banner 468x60

JambiEkspress.Com | ArtaSariMediaGroup ~ Kesultanan Jambi adalah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Provinsi Jambi pada abad ke-17 hingga awal abad ke-20.

Sebelum berubah menjadi kesultanan, namanya dikenal dengan Kerajaan Melayu Jambi. Kerajaan Jambi didirikan oleh Datuk Paduko Berhalo bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak, pada 1460.

banner 336x280

Pada 1615, kerajaan ini resmi menjadi kesultanan setelah Pangeran Kedah naik takhta dan menggunakan gelar Sultan Abdul Kahar. Di bawah Sultan Abdul Kahar pula, Kesultanan Jambi mencapai masa kejayaan, di mana Jambi menjadi salah satu perniagaan utama di Sumatera.

Setelah berkuasa hampir empat abad, kerajaan runtuh setelah raja terakhir dari Kesultanan Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin, wafat di tangan Belanda pada 1904.

 :

Sejarah berdirinya Sejak dikuasai Kerajaan Sriwijaya, Jambi telah dianggap memiliki peluang yang baik dalam bidang perdagangan. Kerajaan Sriwijaya pun diakui sebagai penguasa sukses, khususnya dalam membangun hubungan perdagangan.

 :

Pada 1460, Datuk Paduko Berhalo, yang konon berasal dari Turki, mendirikan Kerajaan Melayu Jambi bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak.

Meski letak Kerajaan Jambi berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi, tetapi keberadaannya tidak luput dari jangkauan Kerajaan Majapahit. Kala itu, Kerajaan Jambi berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, yang berpusat di Jawa Timur.

 :

Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Majapahit runtuh, bersamaan dengan tersiarnya agama Islam di Jambi. Kerajaan Jambi secara resmi berubah menjadi kesultanan saat Pangerah Kedah naik takhta pada 1615 dengan gelar Sultan Abdul Kahar.

See also  Kapolres & Kelompok Tani “Bina Tani” Panen Jagung Bersama

Raja-raja Kesultanan Jambi

– Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak (1460-1480)
– Orang Kayo Pingai (1480-1490)
– Orang Kayo Kedataran (1490-1500)
– Orang Kayo Hitam (1500-1515)
– Pangeran Hilang diair (1515-1540)

– Panembahan Rengas Pandak (1540-1565)
– Panembahan Bawah Sawo (1565-1590)
– Panembahan Kota Baru (1590-1615)
– Sultan Abdul Kahar (1615-1643)
– Pangeran Depati Anom/Sultan Abdul Djafri/Sultan Agung (1643-1665)

– Raden Penulis/Sultan Abdul Mahji/Sultan Ingologo (1665-1690)
– Raden Tjakra Negara/Pangeran Depati/Sultan Kiyai Gede (1690-1696)
– Sultan Mochamad Syah (1696-1740)
– Sultan Sri Ingologo (1740-1770)
– Sultan Zainuddin/Sultan Anom Sri Ingologo (1770-1790)

– Mas’ud Badaruddin/Sultan Ratu Sri Ingologo (1790-1812)
– Sultan Mahmud Muhieddin/Sultan Agung Sri Ingologo (1812-1833)
– Sultan Muhammad Fakhruddin bin Mahmud (1833-1841)
– Sultan Abdul Rahman Nazaruddin bin Mahmud (1841-1855)
– Sultan Thaha Syaifuddin bin Muhammad Fakhruddin (1855-1858)

– Sultan Ahmad Nazaruddin bin Mahmud (1858-1881)
– Sultan Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman (1881-1885)
– Sultan Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad (1885-1899)
– Sultan Thaha Syaifuddin bin Muhammad Fakhruddin (1900-1904)
– Sultan Abdurrachman Thaha Syaifuddin (sebagai simbol adat) (2012-2021)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment