Oleh ; Ratnawati
LANGKAH Sheilyana berhenti di depan etalase penyewaan kebaya di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Bludru hitam dan konde kecil menarik perhatiannya di antara keramaian wisatawan yang lalu-lalang.
Perempuan asal Surabaya, Jawa Timur itu tidak ragu mencoba kebaya klasik Jawa yang tersedia di tempat tersebut. “Mumpung di sini, saya ingin merasakan suasana budaya Jawa lebih dalam,” katanya sambil tersenyum ditemui, Jumat (23/5/2025), lalu.
Kebaya yang disewanya bukan sekadar pakaian, melainkan cara untuk mengenang momen berharga. Ia mengaku, merasa cantik, elegan, dan seolah kembali ke masa silam penuh kelembutan adat.

Penyewaan kebaya lengkap di Malioboro kini menjadi tren yang kian digemari para pelancong. Tarifnya pun bersahabat, berkisar antara Rp25.000 hingga Rp50.000 untuk satu set pakaian dan riasan.

Wisatawan tidak hanya menyewa, tetapi juga mendapat layanan foto berlatar suasana klasik Malioboro. Beberapa fotografer keliling menawarkan paket dokumentasi agar momen ini tidak hilang dalam ingatan.
Tren ini menawarkan pengalaman baru, sekaligus memperkenalkan kekayaan busana tradisional kepada generasi muda. Kebaya tidak lagi dianggap kuno, melainkan simbol keanggunan yang bisa dikenakan siapa saja, kapan saja.

Bagi sebagian orang, mengenakan kebaya adalah cara menyapa warisan budaya lewat sentuhan yang lembut. Bagi Sheilyana, kebaya Malioboro adalah bingkai kenangan dari perjalanan singkat yang membekas lama.
Di jalanan ikonik itu, tradisi bertemu zaman dalam sapaan hangat dari selembar kain bludru sederhana. Kebaya menjelma pelukan budaya yang memelihara rasa, bahkan ketika liburan sudah lama usai.
Jumlah Kunjungan Meningkat
Jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Malioboro terus menunjukkan tren peningkatan signifikan setiap tahunnya. Pemerintah Kota Yogyakarta mencatat lonjakan terjadi terutama di titik kunjungan seperti Teras Malioboro 1.
Pada 2022, kawasan tersebut menerima sekitar 2,7 juta kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Angka itu meningkat menjadi 3 juta pengunjung sepanjang 2023 menurut catatan resmi pemerintah setempat.
Hingga September 2024, total kunjungan ke Teras Malioboro 1 telah mencapai 4 juta pengunjung. Kenaikan ini didorong meningkatnya daya tarik kawasan, termasuk fasilitas budaya dan kemudahan akses transportasi.
Secara umum, Pemkot Yogyakarta menargetkan 9 juta wisatawan berkunjung sepanjang tahun 2024. Target tersebut berhasil terlampaui dengan capaian 10 juta pengunjung hingga akhir Desember 2024.
Pencapaian itu menjadi kabar baik bagi pelaku usaha pariwisata dan pengelola kawasan heritage Yogyakarta. Tren positif ini memperkuat posisi ‘Kota Gudeg itu sebagai destinasi utama wisata budaya di Indonesia.
Dinas Pariwisata Yogyakarta menyebut strategi utama adalah kolaborasi dengan komunitas lokal dan pelaku kreatif. Lebih dari 135 event budaya digelar selama 2024 untuk menjaga geliat pariwisata kota.
Penyelenggaraan acara turut mendorong pelestarian budaya sekaligus menghidupkan UMKM di kawasan wisata. Pemerintah setempat mengharapkan antusiasme wisatawan tetap tinggi meski tantangan ekonomi global terus berlanjut.
Kawasan Malioboro sendiri telah bertransformasi menjadi ruang publik berwawasan budaya dan ramah pengunjung. Berbagai fasilitas seperti zona pejalan kaki dan pusat informasi pariwisata ikut memperkuat daya tarik kawasan.
Dengan dukungan infrastruktur dan strategi promosi, Malioboro diproyeksi tetap jadi magnet wisata andalan kota. Pemkot akan terus menjaga kualitas kunjungan agar pariwisata Yogyakarta tumbuh berkelanjutan dan inklusif, melibatkan banyak semua pihak. | JambiEkspress.Com | KBRN | Ratnawati | *** |
oke